Sekilas tentang VI World Folk Dance Competition, “New Life 2018”.
Kompetisi ini diadakan oleh KVALI NATELI XXI Ltd. yang didukung oleh European Association of Folklore Festivals – EAFF yang merupakan partner resmi UNESCO dan Pemerintah Kota Batumi, Republik Georgia pada tanggal 28 Juni – 3 Juli 2018.
Kompetisi tahunan ini diikuti oleh 40 tim tari dan musik tradisional dari seluruh penjuru Republik Georgia serta 6 tim tari internasional yaitu dari Ukraina, Kazakstan, Armenia, Azarbaijan, Rusia dan tentu saja Tim Folklore Semesta, Indonesia. Total ratusan pemusik dan penari tradisional ikut serta dalam rangkaian kompetisi ini. Mereka berasal dari berbagai latar belakang usia. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Yang menarik adalah sebagian besar tim yang ikut serta dalam kompetisi ini adalah para penari profesional dari sanggar atau klub tari ternama di daerah atau negara masing-masing. Bahkan menurut pengamatan dan penelusuran salah satu guru pembimbing yang ikut dalam perjalan ini (Bapak Himni Addi Nugroho) tim folklore semesta adalah satu-satunya tim tari tradisional yang berbasis kegiatan ekstra kurikuler atau klub sekolah dengan kata lain non profesional.
Perjalanan Panjang dan berliku tim Semesta menuju VI World Folk Dance Competition, “New Life 2018”.
Inisiatif keikutsertaan tim folklore semesta dalam ajang ini berasal dari para siswa anggotanya sendiri yang ingin menunjukkan hasil kemampuan dan kreatifitas mereka. Setelah melalui proses seleksi, tim folklore semesta dinyatakan lolos menjadi salah satu partisipan “VI World Folk Dance Competition 2018”.
Mengingat partisipasi ini tidak didanai oleh penyelenggara, seperti halnya kompetisi lainnya, anggota tim folklore semesta mengusahakan dana perjalanan mereka sendiri. Di sinilah tantangan pertama muncul. Tidak semua anggota tim folklore semesta yang beranggotakan 10 siswa putra dan 10 siswa putri berasal dari keluarga yang mampu. Sehingga sebagian dari mereka kesulitan untuk membayar tiket pesawat dan akomodasi yang mencapai 28 juta rupiah.
Para anggota yang sedari awal bertekat memberangkatkan semua anggotanya berupaya menggalang dana dengan cara berjualan makanan dan peralatan sekolah. Mereka juga mencari dana sponsorship dan donasi dengan menghubungi orang tua siswa lainnya yang memiliki perusahaan serta dukungan dari pihak sekolah sendiri. Pada akhirnya terkumpul lah dana yang cukup untuk memberangkatkan dua puluh siswa dan dua orang guru pembimbing.
Tahapan kegiatan VI World Folk Dance Competition, “New Life 2018”.
Tim folklore semesta berangkat dari bandara Internasional Ahmad Yani Semarang pada hari Rabu 27 Juni 2018 menuju bandara Bandara Internasional Soekarno–Hatta untuk kemudian melanjutkan penerbangan menuju Bandar Udara Internasional Ataturk di Turki.
Setelah menempuh perjalanan panjang selama 14 jam menuju Turki dan dilanjutkan 2 jam menuju Republik Georgia, akhirnya tim folklore semesta sampai di kota Batumi sebagai pusat kegiatan pada tanggal 28 Juni 2018. Dari Alexander Kartveli Batumi International Airport, tim folklore semesta bersama rombongan panitia yang menjemput menempuh perjalanan sekitar 1 jam ke kota Kobuleti yang merupakan lokasi hotel tempat para peserta menginap.
Tahapan kompetisi sendiri terdiri dari tahap penyisihan dan Gala Concert. Tahap penyisihan dilaksanakan selama 2 hari (29 dan 30 Juni). Peserta yang lolos di tahap penyisihan berkesempatan tampil di Gala Concert yang diadakan Senin, 2 Juli 2018 di Summer Theater kota Batumi.
Pada tahap penyisihan inilah muncul tantangan kedua. Bahasa resmi Republik Georgia adalah bahasa Georgia dengan huruf mkredeli. Bahasa utama lain nya adalah bahasa Rusia. Hal ini menyebabkan tim dan pembina kesulitan untuk berkomunikasi secara lisan dengan panitia dan tim pendukung yang ada di gedung pertunjukan. Untuk mengatasi hal ini panitia menugaskan seorang guide pariwisata yang bisa berbahasa lokal dan bahasa Inggris untuk mendampingi tim kami selama kegiatan.
Tantangan ketiga muncul ketika tim sedang mengikuti tahap penyisihan. Tahapan ini sangat menegangkan mengingat segala pengorbanan dan kerja keras tim dipertaruhkan. Tim folklore semesta tampil dengan baik dan lancar dari awal tarian hingga mendekati bagian tengah dimana ada jeda di musik pengiring. Namun demikian, operator sound systemkurang pas dalam melanjutkan musiknya sehingga tim folklore semesta tidak sempurna dalam menampilkan bagian kedua dari tarian mereka.
Hal ini membuat tim folklore semesta sangat sedih dan kecewa. Mengingat sebelum masuk panggung, tim dan guru pendamping sudah berkali-kali memastikan bahwa durasi tarian mereka yaitu 7 menit 13 detik tidak akan dipotong atau diubah dan panitia sudah memastikan nya. Namun mungkin hal ini tidak sampai ke operator sound system.
Perlu usaha yang luar biasa dari anggota tim folklore semesta untuk bisa memenangkan diri dan saling menguatkan satu sama lain. Kondisi ini diperparah dengan cuaca panas dan lembab, pakaian tari yang tertutup dan banyak ikatan, serta rasa lelah dan kecewa hingga membuat salah satu anggota tim yang bernama Khofifah kondisi tubuhnya menurun dan pingsan. Panitia segera memanggil ambulance untuk membawa anggota tim yang pingsan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis. Guru pendamping (Ibu Dwi Mekamawarti dan Pak Himni) dan guide tim folklore semesta yang bernama Pak Givi menemani Khofifah selama perawatan hingga kondisinya stabil dan bisa berkumpul dengan anggota tim yang lain yang lebih dulu sampai di hotel.
Hasil penilaian dari penampilan tim folklore semesta baru bisa diketahui pada tanggal 1 Juli mengingat banyaknya peserta yg tampil. Selama menemani anggota tim folklore memulihkan kondisi setelah penampilan mereka, Pak Himni berbicara dengan panitia untuk mencari tau masalah yang terjadi. Pak Givi yang pada saat penampilan berada di depan panggung, menyampaikan bahwa terlepas dari bagian akhir yang kurang sempurna dari tim folklore semesta, panitia, para penonton yang sebagian besar merupakan orang Georgia menyampaikan bahwa penampilan tim folklore semesta cukup bagus. Anggota tim benar-benar berusaha menampilkan yang terbaik. Selain itu, tarian tradisional yang dibawakan (Artvin Yoresi) memiliki makna historis bagi orang Georgia. Terlebih lagi bahwa yang membawakan adalah anak-anak dari Indonesia yang letaknya jauh dari Georgia membuat para penonton sampai terheran-heran. Hal ini dibenarkan oleh Bu Mekamawarti yang juga berada di bangku penonton saat itu. Bahkan dua dari tiga orang juri memberikan standing ovation.
Hal-hal tersebut mungkin terlewat dari perhatian anggota tim umumnya dan Khofifah khususnya yang terlalu fokus dengan kesempurnaan gerakan tarian yang sudah mereka latih sekian lama. Setelah Pak Himni menyampaikan hal tersebut, anggota tim bisa kembali fokus dan mengikuti rangkaian kegiatan yang telah disusun oleh panitia. “Masih ada harapan” hal tersebut berulang kali ditegaskan Pak Himni kepada para anggota tim dan orang tua yang memantau perkembangan putra putri mereka dengan harap-harap cemas melalui Whatsap.
Setelah mengikuti city tour di kota Batumi bersama seluruh peserta kegiatan ini, panitia mengumpulkan para ketua tim tari untuk menyampaikan keputusan. Alhamdulillah, berkat usaha dan doa yang tidak terputus dari seluruh civitas akademika sekolah semesta dan para orang tua, tim folklore semesta masuk dalam nominasi tim tari yang akan tampil di Gala Concert.
Pencapaian Tim Folklore Semesta dalam VI World Folk Dance Competition, “New Life 2018”
Belajar dari kondisi yang terjadi pada tahap penyisihan, masing-masing anggota tim folklore semesta mempersiapkan mental dan fisik mereka dengan lebih baik. Tim folklore semesta menyempatkan diri untuk berlatih, makan dan minum serta beristirahat yang cukup sebelum berangkat menuju Gala Concert. Guru pembimbing juga kembali memastikan bahwa panitia memainkan musik pengiring apa adanya dan tanpa perubahan.
Setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan demi mempersembahkan tarian yang terbaik, alhamdulillah tim Folklore Semesta berhasil meraih Silver Medal atau Juara 2 untuk kategori Tari Tradisional dan Special Prize untuk kategori Better Performance.