SMA Semesta Semarang Terapkan Technology Integrated Class, Tak Lagi Repot Mencatat
SMA Semesta Semarang telah menerapkan Technology Integrated Class. Murid SMA Semesta Semarang tak lagi repot mencatat hasil pembelajaran di kelas.
SMA Semesta Semarang adalah Bilingual Boarding School dimana bentuknya adalah sebagai sekolah Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) yang beralamat di Jalan Raya Gunungpati Km 15 Kota Semarang.
Diibaratkan situasi presentasi dalam seminar maupun pelatihan, tak sedikit di antara peserta kegiatan itu meminta file materi yang disampaikan narasumbernya. Mereka pun kemudian menyiapkan flashdisk untuk mencopy dari laptop, tempat materi itu tersimpan. Atau saat proses belajar-mengajar berlangsung di kelas, guru mata pelajaran (mapel) tertentu bakal memanfaatkan LCD proyektor yang telah dikoneksikan dengan perangkat laptop guna menerangkan satu persatu materi. Hal itu sebagai bagian dari penerapan teknologi media pembelajaran. Namun untuk kedua contoh situasi tersebut, tak berlaku di SMA Semesta.
Diujicobakan pada 2017 dan sepenuhnya mulai diterapkan tahun ini, seluruh proses belajar-mengajar untuk kelas 11 dan 12 SMA Semesta menerapkan teknologi kekinian bernama Technology Integrated Class (TIC).
Pada Kamis (8/11/2018), Tribun Jateng pun berkesempatan untuk menyaksikan penerapan teknologi dalam situasi KBM di kelas itu. Satu di antaranya di saat seorang guru mapel Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengajar di Kelas 11A. Seusai menyapa sekitar 24 peserta didiknya, guru bersangkutan mengaktifkan sebuah layar atau smart panel berukuran sekitar 85 inch. Apabila belum dihidupkan, panel itu bakal terlihat berupa papan tulis berbahan kaca. Setelah menyala, tampilan awal secara umum seperti tampilan pada notebook atau laptop. Dimana menu yang tersedia pun notabene menyerupai. Lalu, Guru akan memilih bakal membuka bahan yang telah tersimpan pada panel tersebut atau menerangkan materi melalui tulisan tangan, dibantu menggunakan bolpoin digital.
Dan yang cukup menariknya, panel sebagai media guru mengajar telah secara otomatis terkoneksi dengan laptop tiap siswa. Tiap siswa telah memperoleh sarana produk bernama Chromebook Spin 11. Apa yang dibuka oleh guru melalui panel, secara otomatis pula muncul pada layar di tiap siswa.
“Jadi semua materi sudah terkumpul dalam satu perangkat itu. Semuanya serba elektrik. Bahkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), tiap guru sudah wajib mempersiapkannya yang berbentuk digital,” kata Kepala SMA Semesta Didin Sopandi. Kepada Tribun Jateng, Kamis (8/11/2018), dia membeberkan berbagai kelebihan yang diperoleh melalui pembelajaran bersistem TIC tersebut.
Selain teknis pembelajaran yang semakin menarik, tiap peserta didik bisa secara mudah dan cepat merekam maupun menyimpan apa yang tercatat di panel oleh gurunya. “Jadi, siswa dijamin tidak akan kerepotan lagi untuk menyimpan bahan atau materi hasil pembelajaran di kelas. Apalagi tidak perlu mencatatnya secara manual di buku ataupun laptop di tiap siswa. Sebab seluruhnya sudah terintegrasi secara otomatis,” ungkapnya.
Keuntungan lain, lanjutnya, secara cepat dan mudah pula para guru ketika hendak mencari bahan referensi di suatu materi yang sedang diajarkan. Dalam pencarian bahan atau juga menghapus catatan pun sangat mudah, dikarenakan smart panel itu touchscreen.
“Pada tahun ini, total sudah ada 12 kelas. Yakni untuk kelas 10 dan kelas 11. Tahun depan, tinggal yang untuk kelas 12 dimana saat ini sedang dipersiapkan. Adapun dalam penerapan di kelas, untuk saat ini yang sudah full menggunakannya adalah para guru sains,” terang Didin. Sedangkan untuk guru mapel non sains, lanjutnya, hal tersebut bergantung di tiap guru. Karena ada beberapa materi yang kurang logis gunakan layar panel tersebut. Sebagai contoh materi drama, kesenian, maupun musik.
“Menyenangkan. Tak ada lagi istilah kami saat ini mengetik materi yang diajarkan oleh guru. Dimana kadangkala, mengetik atau mencatatnya belum selesai, sudah dihapus di papan tulis. Kini tinggal save dan bisa dipelajari kapanpun,” kata Hammada Fawzi Jiddan, siswa kelas 10A SMA Semesta Semarang itu.
Terpisah, Jumiko,Guru Bahasa Indonesia SMA Semesta, tidak menampik di saat beragam kemudahan teknologi, berpotensi pula membuat konsentrasi belajar peserta didik terganggu. Misal melalui laptop mereka, bisa saja membuka atau browsing yang lain, tidak sesuai materi.
“Tetapi potensi-potensi tersebut sudah terantisipasi. Secara otomatis juga sudah terfilter. Mudahnya, selama pembelajaran berlangsung seluruh siswa tidak akan bisa membuka Youtube, Facebook, ataupun lainnya dari laptop. Meskipun ada laptop di hadapan mereka, dijamin masih konsentrasi pada materi pembelajaran,” tukas Jumiko.
Sumber : jateng.tribunnews.com